Bicara Dengan Dia


Semenjak manusia dilahirkan tentu akan merasakan yang namanya penderitaan. Manusia diberikan dua perkara, yaitu kesenangan dan penderitaan. Saat, kesenangan menyapa maka jangan lupakan Allah ya. Sebab dialah yang memberikan kesenangan itu semua. Allahlah yang menyediakan itu semua. Kebahagiaan, kesenangan, nikmat dan apapun yang kita senangi. Allah yang berada di balik itu semua.
Juga saat penderitaan hadir di kehidupan kita. Rasaya ingin menolak saja dan membiarkan ia jauh; sejauh sampai mata tak mampu melihatnya lagi. Iya kan? Tetapi, mau dihindari bagaimana? Penderitaan akan datang tepat pada waktu yang ditentukan-Nya. Ia akan membelai siapa saja. menyepuh hatinya. Agar ia menangis, bersedih, kecewa, yang akhirnya skenario-Nya berhasil. Yaitu tujuan untuk mengembalikan hamba ke sisi-Nya. agar sang hamba mendekat, agar sang hamba memohon pertolongan.
Allahlah tempat segala sesuatu bergantung, begitu kalimat cinta-Nya dalam Q.S. Al-Ikhlas : 2. Menyediakan sesuatu dari sesuatu. Menciptakan penderitaan, juga menciptakan tempat menampung penderitaan. Allah ingin agar engkau kembali, lebih dekat, lebih mesra, lebih dekat lagi sedekat engkau dengan nafasmu. Sedekat engkau dengan denyut nadimu. Itu bahagiamu.
Lalu, pantaskah kita mendapatkan penderitaan?
Ya, sebab tiada seseorang yang mulia dihadapan-Nya tanpa ujian. Nabi Adam as diuji keimanannya. Nabi Ayub as diuji dengan penyakitnya. Nabi Nuh as diuji dengan keluarganya, dan Nabi Muhammad Saw diuji dengan perjuangan dakwahnya. Semua penuh ujian. Semua merasakan penderitaan.
Lalu, apakah mereka pasrah? Apakah mereka menyerah?
1400 tahu yang lalu, Allah memberikan kabar gembira ini sebanyak dua kali, Maka Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Q.S. Al-Insyirah : 5-6) itu kalimat cinta-Nya. Itu kalimat pengertian dari-Nya.
Bicaralah dengan-Nya, mohonlah pertolongan kepada-Nya. Itu yang terbaik bagi kita. Terbaik bagi setiap kehidupan kita.
  
***

MENGENAL BISNIS PARA SAHABAT RASUL

MENGENAL BISNIS PARA SAHABAT RASUL




Bisnis merupakan salah satu sarana untuk meraih kenikmatan Allah Subhanahuwataala yang bernama materi atau kekayaan. Dengan berbisnis orang dapat memaksimalkan daya kreatifitas maupun ikhtiarnya dalam menggapai pendapatan setinggi tingginya. Bagi orang yang telah merintis bisnis, tentu ia telah mempunyai strategi strategi untuk pengembangan bisnisnya. Namun bagi yang baru memulai bahkan baru berencana untuk berbisnis, seringkali bingung hal hal apa saja yang harus diperhatikan dalam berbisnis, atau bagaimana harus memulainya. Rasulullah Shalallahualaihi Wassalam merupakan ustawun hasanah, sebaik baiknya contoh dalam menjalani kehidupan didunia ini. Tidak hanya dalam hal agama (ketaqwaan dan keimanan), beliau juga sebaik-baiknya contoh dalam bidang politik, sosial, rumah tangga, bahkan bisnis. Ingatkah? Beliau diberi gelar Al-amin yang memiliki arti dapat dipercaya. Inti dari sebuah bisnis minimal adalah kepercayaan (amanah) dan kemampuan. Jika dua hal tersebut telah ada pada diri seseorang, bisa membuka peluang untuk berbisnis. Tak diragukan lagi bisnis yang telah dikerjakan oleh Rasulullah, sejak dari menggembala kambing, ikut rombongan pedagang, mengelola bisnis pamannya yang sudah tak mampu untuk terjun langsung, hingga akhirya menjalankan bisnis istrinya Khadijah Radiyallahuanha. Di usia yang masih terbilang muda, beliau menikah dengan Khadijah dengan mahar 20 ekor unta (ada yang berkata 100 unta), hitung saja jika 1 ekor unta saja dihargai 200 dinar, dimana 1 dinar dihargai dengan Rp450.000. Disamping mencontoh bisnis Rasulullah, kita juga bisa mempelajari bisnis dari para sahabat beliau. Jangan pernah takut untuk memulai bisnis bagi pemula dan mengembangkan bisnis bagi yang telah merintis. Berikut kita lihat bisnis apa saja yang dilakoni para sahabat dan bagaimana mereka menjalankan bisnis tersebut. Semoga bisa menginspirasi ataupu memotivasi para pembaca.

Abu Bakar Ash-Shidiq
Merupakan saudagar dan bangsawan sejak sebelum memeluk agama islam. Beliau memiliki perniagaan yang melampaui dari negeri negeri jiran. Walaupun beliau telah menjadi saudagar, beliau bisa mempertahankan bahkan mengembangkan usahanya. Beliau percayakan pengeolaannya pada orang orang yang amanah. Beliau membayar upah para kerja tepat waktu.

Bisa kita pelajari dari pengalaman Abu Bakar, beliau sangat memperhatikan kesejahteraan pekerjanya sehingga pekerjanyapun bisa bekerja maksimal.

Umar Bin Khattab
Mungkin banyak yang tak mengira bahwa seorang Umar mampu berwirausaha, karna wataknya yang tegas dan pembawaan karakternya yang keras. Namun kenyatannya adalah beliau memang beriwausaha. Beliau memiliki kurang lebih 70.000 ladang pertanian yang luas, dimana tiap lahan itu mampu menghasilkan ratusan juta rupiah (setelah di konversi dalam bentuk rupiah) dan penghasilan tiap tahunnya mampu mencapai trilyunan rupiah. Menurut sirohnya, beliau juga pernah berdagang. Seperti yang pernah saya baca dalam novel sejarah karangan asy-syarqawi dan film oemar, tika berdagang ia tetap pada sikapnya yang tegas. Tp beliau jujur dalam berdagang. Hal ini lah yang menjadi kepercayaan masyarakat sekitar untuk bekerja sama dengan Umar.

Umar lebih memperhatikan usaha dan kerja produktif, baginya kerja suatu bentuk ibadah tertinggi. Beliau juga yang mencetuskan konsep jabatan, harta dan zuhud seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah.

Abdurrahman Bin Auf
Tidak di ragukan lagi, setelah menyebut nama Abdurrahman Bin Auf Radiyallahuanhu kita pasti langsung melihat bahwa beliau adalah seorang bisnis man sejati. Bagaimana tidak? Setelah hijrah dari Mekkah ke Madinah beliau tak membawa sedikitpun hartanya. Beliau memulai lembaran baru dimulai angka nol. Ketika kaum anshar dan muhajirin dipersaudarakan oleh Rasulullah, Abdurrahman di persaudarakan oleh Saad Bin Raby, dimana Saad seorang yang kaya. Saad memberikan hartanya pada Abdurrahman namun beliau menolak. Beliau hanya meminta untuk ditunjukkan pasar padanya.  Mulailah beliau berpikir untuk menjalankan usahanya lagi. Dimulai dari membeli lahan pada seorang yahudi yang modalnya ia dapat dari meminjam untuk dijadikannya pasar dan disewakan kembali lahan tersebut. Ia pun memulai kembali usahanya.

Diriwayatkan bahwa Abdurrahman Bin Auf pun pernah memcetuskan strategi Rugi untuk untung yang lebih besar. Beliau menjual unta unta nya dengan harga net. Bagaimana bisa mendapat untung yang lebih besar jika beliau menjual untanya dengan harga net? Tanpa untung? Itulah strategi Abdurrahman untuk mendulang untung. Beliau tidak mengambil untung dari hasil penjualan unta, melainkan dari tali tali pengikat untanya yang beliau produksi dengan cantiknya. Jadi rugi untuk untung yang lebih besar.


Zubair Bin Awwam
Merupakan sahabat Rasul yang masih ada nasab dengan Rasul. Beliau seorang pemuda yang jujur, kuat, berani, murah tangan. Meski beliau dari keluarga kalangan berada, namun usahanya dibangun tidak dengan modal. Beliau seorang yang mengelola perdagangan. Keberhasilan Zubair dalam perniagaan didukung oleh sifat yang sangat lekat pada dirinya yaitu jujur dan amanah. Melalui dua sifat itu beliau dapat banyak kepercayaan untuk mengelola modal dalam perniagaan.

Beliau tidak mau menerima uang dalam bentuk deposit atau bersifat titipan. Karna baginya kalau hanya sekedar titipan itu tidak bisa dipergunakan. Beliau lebih suka uang tersebut dalam bentuk pinjaman, kenapa? Karna jika uang tersebut adalah pinjaman, beliau mempunyai hak untuk memakai uang tersebut untuk dikelola dalam bisnisnya dan jika uang tersebut dalam bentuk pinjaman beliau berkewajiban untuk mengembalikan dengan utuh seperti semula.


Dari beberapa siroh sahabat di atas dapat kita pelajari bagaimana mereka berbisnis. Kunci nya adalah kejujuran, amanah, kemampuan dan jangan lupa zakat dan shadaqoh. Jangan pernah takut untuk berwirausaha meski modal minim. Ingatkah suatu perkataan, sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada dalam berdagang. Jadi kan motivasi dalam kita menjalankan bisnis, lebih kreatif dan berusaha. Man Jadda Wajada. (To be continued)

Hancurnya Sebongkah Batu



Hancurnya Sebongkah Batu - Mengapa nur itu tak berpihak padanya?

Pemuda itu lari dari kenyataan. Berkelana entah kemana. Mengakhiri hidupnya diatas keputus asaan. Berlari, berjalan, mencari sesuatu yang bernama kedamaian. Mencari keadilan. Sebab ia tahu, yang berusaha dengan sungguh-sungguh pasti berhasil. Akan tetapi kenapa ia belum juga berhasil? Padahal, telah berpuluh tahun lamanya ia belajar. Mengapa?

Ketika setitik cahaya datang, tak ada seorang pun yang mempu menghadang. Allah Swt memberikan cahaya-Nya dibalik ikhtiar semua hamba-Nya. sederhana, sangat sederhana. Cahaya itu datang dari sebuah air dan batu.

Pemuda itu memandang sebuah batu yang ditetesi air yang lembut, ringan dan tak punya kuasa untuk menghancurkan. Akan tetapi, seiring dengan terus menerusnya air mentetesi batu, ia melihat batu itu pun berlubang, menyerah dan mengakui kehebatan dari air yang setiap detik terus menetesi dirinya.

Pemuda itu pun pulang kembali ke tempat mengaji. Mengulang dari awal untuk terus belajar, belajar dan belajar. Ia yakin suatu saat kekerasan batu bisa hancur dan lunak dengan air yang terus menerus mengguyurnya. Ya, seperti kurangnya pemahaman dalam dirinya tentang ilmu, ia akan terus berusaha menimba ilmu dengan giat lagi.

Ia membuktikannya, bahwa jalan kesulitan sangat dekat dengan jalan kemudahan. Kesulitan akan terlewatkan, penat akan tersirnakan, malam akan segera tergantikan dengan siang. Kehitaman dalam setiap episode hidup akan selalu berganti dengan cahaya-cahaya baru. Sebab, semua pasti berlalu.

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, (Q.S. Al-Insyirah : 5)

Diakhir ujung kegigihannya, kini, ia telah menghasilkan beberapa karya tulis yang hingga kini masih dibaca oleh orang-orang muslim diseluruh dunia. Beberapa karyanya adalah Fathul Baari (Syarah Shahih Bukhari), Bulughul Maram (Kitab rujukan hadist-hadist berkaitan ilmu fiqh) dan lain sebagainya. Beliau bernama Al-Hafidz Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani.

Beliau menamakan dirinya dengan Ibnu Hajar (anak batu), ya sebab dari sanalah ia mendapatkan setitik pencerahan diatas malam yang kelam. Saat-saat sudut hatinya sudah tak sanggup, ia bagai batu yang ditetesi air yang menyejukan. Damai, bahagia dan berkahlah ilmunya.

***




Imam Syafi�i rahimakumullah mengistilahkan ilmu sebagai cahaya. Sedangkan redaksi dari sang Pencipta tepat berada pada Q.S. Al � Mulk.

Mau Menikah?

Siapa sih yang tidak ingin menyegerakan ibadah ini; menikah. Tentu saja menikah adalah ibadah yang paling rahasia kapan dan siapa yang k...