Hancurnya Sebongkah Batu



Hancurnya Sebongkah Batu - Mengapa nur itu tak berpihak padanya?

Pemuda itu lari dari kenyataan. Berkelana entah kemana. Mengakhiri hidupnya diatas keputus asaan. Berlari, berjalan, mencari sesuatu yang bernama kedamaian. Mencari keadilan. Sebab ia tahu, yang berusaha dengan sungguh-sungguh pasti berhasil. Akan tetapi kenapa ia belum juga berhasil? Padahal, telah berpuluh tahun lamanya ia belajar. Mengapa?

Ketika setitik cahaya datang, tak ada seorang pun yang mempu menghadang. Allah Swt memberikan cahaya-Nya dibalik ikhtiar semua hamba-Nya. sederhana, sangat sederhana. Cahaya itu datang dari sebuah air dan batu.

Pemuda itu memandang sebuah batu yang ditetesi air yang lembut, ringan dan tak punya kuasa untuk menghancurkan. Akan tetapi, seiring dengan terus menerusnya air mentetesi batu, ia melihat batu itu pun berlubang, menyerah dan mengakui kehebatan dari air yang setiap detik terus menetesi dirinya.

Pemuda itu pun pulang kembali ke tempat mengaji. Mengulang dari awal untuk terus belajar, belajar dan belajar. Ia yakin suatu saat kekerasan batu bisa hancur dan lunak dengan air yang terus menerus mengguyurnya. Ya, seperti kurangnya pemahaman dalam dirinya tentang ilmu, ia akan terus berusaha menimba ilmu dengan giat lagi.

Ia membuktikannya, bahwa jalan kesulitan sangat dekat dengan jalan kemudahan. Kesulitan akan terlewatkan, penat akan tersirnakan, malam akan segera tergantikan dengan siang. Kehitaman dalam setiap episode hidup akan selalu berganti dengan cahaya-cahaya baru. Sebab, semua pasti berlalu.

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, (Q.S. Al-Insyirah : 5)

Diakhir ujung kegigihannya, kini, ia telah menghasilkan beberapa karya tulis yang hingga kini masih dibaca oleh orang-orang muslim diseluruh dunia. Beberapa karyanya adalah Fathul Baari (Syarah Shahih Bukhari), Bulughul Maram (Kitab rujukan hadist-hadist berkaitan ilmu fiqh) dan lain sebagainya. Beliau bernama Al-Hafidz Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani.

Beliau menamakan dirinya dengan Ibnu Hajar (anak batu), ya sebab dari sanalah ia mendapatkan setitik pencerahan diatas malam yang kelam. Saat-saat sudut hatinya sudah tak sanggup, ia bagai batu yang ditetesi air yang menyejukan. Damai, bahagia dan berkahlah ilmunya.

***




Imam Syafi�i rahimakumullah mengistilahkan ilmu sebagai cahaya. Sedangkan redaksi dari sang Pencipta tepat berada pada Q.S. Al � Mulk.

No comments:

Post a Comment

Mau Menikah?

Siapa sih yang tidak ingin menyegerakan ibadah ini; menikah. Tentu saja menikah adalah ibadah yang paling rahasia kapan dan siapa yang k...