Namamu


Siapa dia? salah seorang bertanya kepadaku.
Teman, dia temanku ... jawabku sembari tersenyum.
Teman apa teman? Bukan teman juga nggak apa-apa,
Saat itu kau pun tersenyum. Aku berusaha menjelaskan sebaik mungkin siapa dirimu. Siapa dirimu di mataku. Dan mereka tetap tak percaya sembari tertawa.
Saat dipertemuan komunitas aku tertegun ketika dia jadi datang. Tentu saja, lagi-lagi hatiku berguncang. Aku putuskan untuk tidak ikut komunitas itu karena ingin menjaga perasaanku (yang sebenarnya jatuh cinta padamu). Aku tak jadi ke pertemuan komunitas itu.
Handphone berdering. Sebuah sms masuk darimu.
Lagi dimana?
Bergetar hatiku. Dikampus, kamu sms saja orang yang sudah kumpul disana.
Aku nggak kenal semuanya,
Ah, tiba-tiba rasa ibaku muncul begitu saja. gerimis pun datang seperti mengetahui isi hatiku. Dengan hati yang penuh iba, aku mengendarai motor ditengah-tengah gerimis. Ada rasa ingin membantunya. Setibanya disana (dengan pakaian yang cukup basah) kau sudah duduk di tengah-tengah komunitas itu. Lega sudah hati ini. kau menatapku dan aku menatapmu. Seketika aku tersenyum. Berharap waktu berjalan lama.
***
Atas nama cinta, aku berdosa. Atas nama cinta, aku telah jatuh dalam nista. Atas nama cinta, aku hanyalah manusia biasa yang penuh dengan salah dan khilaf. Begitulah kisah pertemuan hingga akhirnya aku dan dia memutuskan untuk saling berpisah. Memutuskan untuk saling menjaga, saling tak membiarkan cinta ternoda.
Semenjak itu, tak ada lagi dalam hidupku bayanganmu. Namun seiiring dengan hilangnya dirimu tak sedetik pun aku kehilangan namamu. Inilah awal sebuah pertemuan dan perpisahan. Siap merasakan jatuh cinta, maka harus siap mengembalikan cinta kepada pemiliknya. Yakni Allah azza wajalla.

***

Yang Terkenang

Sering kali pertemuan pertama terkesan indah. Memoar ingatan yang sebentar itu rasanya sulit dilupakan. Seorang pemuda duduk bersama teman-temannya. Menatap kedepan seorang tukang bakso tahu yang sedang jualan di pelataran masjid.
Masjid itu tak lain dekat dengan sekolah SMA. Ada yang sibuk memerhatikan, ada yang melirik, saling lirik dan saling memendam rasa. Namanya juga remaja, ah bagitu sifat murni yang dirasakannya.
Pemuda itu tertunduk malu saat sekelompok akhwat berjilbab datang membeli baso tahu juga. Hati pemuda itu bergetar. Menahan diri dari lama-lama memandang akhwat berjilbab.
Hey, seorang temannya menepuk pundak pemuda itu.
Pemuda itu mengalihkan wajah. Apa, ada apa?
Akhwat yang sering kuceritakan itu memakai kerudung biru ... mata temannya menuju arah seorang akhwat berjilbab biru. Sungguuh anggun. Upsss. Keceplosan. Aku kembali fokus menyantap baso tahu.
Biru, batin pemuda itu.
Seiring berjalannya waktu, pemuda itu pun suka berkomunikasi dengannya. Sejak itu pula, pemuda itu tak langsung memanggil namanya. Bukan karena tidak kenal, tapi memiliki bahasa lain. Pemuda itu memanggil akhwat itu dengan sebutan Gadis berkerung biru. Sesekali pemuda itu sempat tak bisa bicara apa-apa saat dikala akhwat itu bertanya, Kenapa memanggil kerudung biru?
Pemuda itu gelagapan.
Karena pertemuan pertama itu engkau sedang memakai kerudung biru,
Percakapan via handphone itu terputus begitu saja. meninggalkan sejuta tanda tanya yang sangat besar di benak pemuda itu. Sejak saat itu, komunikasi berjalan lambat, selambat jarum jam berdetak. Detik terasa seperti menit. Dan semakin jauh, tertinggal dan kembali jauh. Dan pemuda itu berhenti mengucapkan Gadis berkrudung biru lagi. Berakhir kenangan itu. Lepas menjauh.
***
Lepas dari masa itu membuatku banyak belajar arti sebuah harapan. Harapan itu ada, sudah menjadi sifat dasar manusia. Namun, terlalu menikmatinya pun menjadi sebuah rasa sakit. Memang benar, terlalu mengharapkan bukanlah sebuah jalan yang baik. dan terlalu memikirkan pun belum tentu dia memikirkan. Hidup itu pilihan, bukan?
Saya cemburu pada seseorang perempuan yang cantik dan shalehah. Ia dikenal banyak laki-laki, tapi ia tak terlalu banyak menanggapi. Rumahnya pun sering dikunjungi laki-laki, tentu saja maksudnya membicarakan kepada orang tuanya, bukan kepada perempuan shalehah itu. Namun, ia tak banyak juga menanggapi.
Saat sepi, malam pun datang. Ia berwudhu, memakai mukena putihnya lalu berdoa, Ya Allah, pertemukanlah aku dengan orang yang sering menyebut namaku dalam doanya. Agar aku tahu ketika dia mencintai dan merindukanku, ia pun ingat dengan-Mu.
Sekarang tiba giliranku untuk berdoa, Ya Allah, pertemukan aku dengan orang yang mampu menerimaku dalam keadaan apapun, menerima segala kekurangannya dengan keshalehannya. Menerima aku dengan cara membelaku saat orang lain menjatuhiku. Dan pertemukan aku dengan orang yang menyebutku dalam doanya. Seperti perempuan shalehah itu.

***

Lapak Tilas Bercahaya


Suatu kali aku melihat masjid. Aku cemburu. Sebab, ia selalu berpikir bahwa banyak yang akan mendekat kepadanya, walaupun hanya sekedar lewat saja. Ah, masjid, kau begitu khusnudzon, menunggu sabar seseorang datang untuk masuk ke dalam ruanganmu. Lalu engkau begitu rindu kepada manusia untuk bersujud di tempatmu. Begitu rindu.
Suatu kali aku melihat masjid. Betapa ikhlas kau menyejukan manusia. Sebelum masuk ke dalamnya, kau sediakan air yang begitu sejuk, menusuk qalbu, dan menyegarkan tubuh-tubuh kering ini. Kau begitu baik.
Meski betapa banyak yang sadar bahwa kami bukanlah orang baik, tetap saja kau berbaik hati untuk menerima kedatangan kami. ah masjid, jadikanlah kami selalu tamu yang engkau sambut dengan hangat.
Melihat cahaya diatasnya. Mengenang aku sujud di dalamnya. Betapa indahnya. Tulisan ini saya buat saat pandangan saya berada tepat di depan Masjid. Ia berdiri gagah dan bercahaya. Sempat saya berpikir tentang berjuta-juta kebaikan yang telah masjid berikan. Meski ia hanyalah sebuah bangunan.
Tunggu, kau tahu salah satu pemuda yang dijamin masuk surga? Ya, adalah pemuda yang hatinya terpaut dengan masjid. Dan kau tahu siapa orang yang selalu mendapat senyuman bidadari-bidadari surga? Ya, adalah orang yang membersihkan masjid walaupun satu butir debu.
Saat di dalamnya, ada yang menghafal ayat-ayat Allah, ada yang berdzikir, ada yang shalat dengan khusyuk, dan ada yang memandang saja (seperti saya ini J). Siapapun percaya, bahwa setiap orang yang sedang berada di dalamnya pasti akan merasakan rasa nikmat, sejuk dan tenang. Entah mengapa?
Apa sebabnya?
Sebab berada di dalamnya seperti ada gaya yang mengajak kepada kebaikan. Ada gaya yang memaksa menjauhi kemaksiatan. Ada gaya yang menolak kemungkaran. Kita seperti diajak untuk terus berbuat baik, berpikir positif dan mengagungkan Allah. Tak seperti kebanyakan tempat lainnya, Masjid menjadi salah satu tempat berkumpulnya para penyeru kebaikan, para pejuang dakwah islam, para pengajar ilmu islam. semuanya berkumpul pada satu titik.
Oh ya, berbicara tentang surga, semua pasti menginginkannya. Tak usah repot mencarinya. Toh sudah ada di depan mata. Terpaut saja hatimu kepada masjid. Terpatri saja tempat bersujudmu adalah masjid, tempat ketenanganmu adalah masjid,  mensucikan dirimu adalah masjid.
Betapa surga telah dijanjikan bagi siapapun yang terpatri dengannya. Diberikan surga sebab kemuliaan tempatnya. Wah indah sekali.
Bayangkan, setiap waktu, seseorang di dalam masjid selalu menyerukan untuk menuju kemenangan, menuju kebahagiaan. Hayya alas falaah, hayya alas falaah. Marilah menuju kemenangan. Marilah menuju kemenangan. Toh, seseorang di dalam masjid selalu mengumandangkannya. Tentu saja, untuk mengajak kita semua menuju kemenangan itu. Saat kita dekat dengan Allah, maka semuanya menjadi menang. Sebab Allah lah Zat yang tak ada tandingan. Betul kan?
Masjid bukan hanya mengajak menuju kemenangan, teman. Tapi mengajak pula menuju jannah-Nya. Siapa yang tak mau? Semua pun mau. Tak ada yang menolaknya. Oleh sebab itu, para pejuang selalu menjadikan masjid sebagai tempat pensucian diri, memohon ampunan, berdoa dan berbagai banyak hal kebaikan yang bisa dilakukan.
Masjid pun adalah tempat kebersamaan. Dimana saat waktu shalat masuk kita berbaris rapih membuat barisan. Membuat shaf. Kita bisa belajar arti disiplin didalamnya, belajar arti kebersamaan didalamnya, belajar untuk mengagungkan nama-Nya. Dan masih banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil di dalam masjid.
Kau tahu? Tempat itu amat bercahaya. Tempat itu tak hanya mencahayakan dirinya, tetapi juga mencahayakan semuanya. Mencahayakan sekitarnya. Semuanya bercahaya.
Saya jadi teringat ayat ini :
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. At-Taubah [9] : 18)
Semoga kita menjadi bagian darinya ya!
Wah, banyak sekali keutamaan masjid ya, gumamku.
Yups, betul

***

Perpisahan

Aku ragu ada dan tiadaku. Tapi cinta mengumumkan aku ada.

La haula wa la quwwata illa billah, kalimat itu terucap setiap kali mengingat tentang sebuah perpisahan. Bagaimana mungkin aku kuasa untuk menahan perpisahan. Kau tahu, setiap yang berawal pasti berakhir. Yang ada pasti tiada. Kecuali Allah saja.
Sebagaimana hidup pasti akan mati. Sebagai mata sebuah barang, pasti rusak. Yang jelas, perpisahan itu sangat dekat. Sebagaimana adanya pertemua pasti ada perpisahan. Nah, mengapa harus ada perpisahan? Padahal perpisahan itu sungguh menyiksa?
Simple saja.
Perpisahan membuktikan bahwa tak ada yang kekal kecuali Allah. Perpisahan membuktikan bahwa dunia ini fana. Perpisahan membuktikan bahwa setidaknya selalu ada harapan untuk berharap.
Misalnya, kita pernah kehilangan hal yang penting, lalu sedih. Jika itu terjadi padamu biarkan aku menceritakan sebuah kisah teman ketika ia kehilangan sebuah tas di dalam mobilnya. Apa yang ia katakan,
Sedang dipinjam,
Begitu ikhlasnya, sehingga Allah menggantinya dengan yang lebih baik. seluruh kehilangannya diganti oleh Allah yang lebih baik.
Dear,  dalam perpisahan sulit sekali untuk ikhlas. Seolah-olah ingin terus tak berpisah. Baik dengan manusia, benda atau apapun yang kita miliki. Namun kita harus sadar bahwa perpisahan itu ada, mari belajar ikhlas. Tak perlu sedih ataupun kecewa, semua sudah menjadi kehendaknya.
Daun yang jauh dari tangkainya pun adalah bentuk perpisahan. Ia lepas dari tangkai lalu jatuh ke tanah; mengring, mengbusuk dan mati. Pohon yang gugur merupakan bentuk perpisahan, semula ia hidup berdaun, lalu perlahan gugur.
Kehilangan itu pasti ada. Jadi, jangan takut dan bersedih. Selama kita bisa ikhlas dengan semuanya. Bisa ikhlas atas takdir dari-Nya. Bisa ikhlas atas kehilangan, perpisahan dan apapun itu. InsyaAllah, keikhlasan akan membawa kita pada penerimaan. Sedangkan penerimaan melahirkan keridhoan dan keridhoan atas apapun takdir Allah maka berbuah surga-Nya. Semoga ...

***

Bicara Dengan Dia


Semenjak manusia dilahirkan tentu akan merasakan yang namanya penderitaan. Manusia diberikan dua perkara, yaitu kesenangan dan penderitaan. Saat, kesenangan menyapa maka jangan lupakan Allah ya. Sebab dialah yang memberikan kesenangan itu semua. Allahlah yang menyediakan itu semua. Kebahagiaan, kesenangan, nikmat dan apapun yang kita senangi. Allah yang berada di balik itu semua.
Juga saat penderitaan hadir di kehidupan kita. Rasaya ingin menolak saja dan membiarkan ia jauh; sejauh sampai mata tak mampu melihatnya lagi. Iya kan? Tetapi, mau dihindari bagaimana? Penderitaan akan datang tepat pada waktu yang ditentukan-Nya. Ia akan membelai siapa saja. menyepuh hatinya. Agar ia menangis, bersedih, kecewa, yang akhirnya skenario-Nya berhasil. Yaitu tujuan untuk mengembalikan hamba ke sisi-Nya. agar sang hamba mendekat, agar sang hamba memohon pertolongan.
Allahlah tempat segala sesuatu bergantung, begitu kalimat cinta-Nya dalam Q.S. Al-Ikhlas : 2. Menyediakan sesuatu dari sesuatu. Menciptakan penderitaan, juga menciptakan tempat menampung penderitaan. Allah ingin agar engkau kembali, lebih dekat, lebih mesra, lebih dekat lagi sedekat engkau dengan nafasmu. Sedekat engkau dengan denyut nadimu. Itu bahagiamu.
Lalu, pantaskah kita mendapatkan penderitaan?
Ya, sebab tiada seseorang yang mulia dihadapan-Nya tanpa ujian. Nabi Adam as diuji keimanannya. Nabi Ayub as diuji dengan penyakitnya. Nabi Nuh as diuji dengan keluarganya, dan Nabi Muhammad Saw diuji dengan perjuangan dakwahnya. Semua penuh ujian. Semua merasakan penderitaan.
Lalu, apakah mereka pasrah? Apakah mereka menyerah?
1400 tahu yang lalu, Allah memberikan kabar gembira ini sebanyak dua kali, Maka Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Q.S. Al-Insyirah : 5-6) itu kalimat cinta-Nya. Itu kalimat pengertian dari-Nya.
Bicaralah dengan-Nya, mohonlah pertolongan kepada-Nya. Itu yang terbaik bagi kita. Terbaik bagi setiap kehidupan kita.
  
***

MENGENAL BISNIS PARA SAHABAT RASUL

MENGENAL BISNIS PARA SAHABAT RASUL




Bisnis merupakan salah satu sarana untuk meraih kenikmatan Allah Subhanahuwataala yang bernama materi atau kekayaan. Dengan berbisnis orang dapat memaksimalkan daya kreatifitas maupun ikhtiarnya dalam menggapai pendapatan setinggi tingginya. Bagi orang yang telah merintis bisnis, tentu ia telah mempunyai strategi strategi untuk pengembangan bisnisnya. Namun bagi yang baru memulai bahkan baru berencana untuk berbisnis, seringkali bingung hal hal apa saja yang harus diperhatikan dalam berbisnis, atau bagaimana harus memulainya. Rasulullah Shalallahualaihi Wassalam merupakan ustawun hasanah, sebaik baiknya contoh dalam menjalani kehidupan didunia ini. Tidak hanya dalam hal agama (ketaqwaan dan keimanan), beliau juga sebaik-baiknya contoh dalam bidang politik, sosial, rumah tangga, bahkan bisnis. Ingatkah? Beliau diberi gelar Al-amin yang memiliki arti dapat dipercaya. Inti dari sebuah bisnis minimal adalah kepercayaan (amanah) dan kemampuan. Jika dua hal tersebut telah ada pada diri seseorang, bisa membuka peluang untuk berbisnis. Tak diragukan lagi bisnis yang telah dikerjakan oleh Rasulullah, sejak dari menggembala kambing, ikut rombongan pedagang, mengelola bisnis pamannya yang sudah tak mampu untuk terjun langsung, hingga akhirya menjalankan bisnis istrinya Khadijah Radiyallahuanha. Di usia yang masih terbilang muda, beliau menikah dengan Khadijah dengan mahar 20 ekor unta (ada yang berkata 100 unta), hitung saja jika 1 ekor unta saja dihargai 200 dinar, dimana 1 dinar dihargai dengan Rp450.000. Disamping mencontoh bisnis Rasulullah, kita juga bisa mempelajari bisnis dari para sahabat beliau. Jangan pernah takut untuk memulai bisnis bagi pemula dan mengembangkan bisnis bagi yang telah merintis. Berikut kita lihat bisnis apa saja yang dilakoni para sahabat dan bagaimana mereka menjalankan bisnis tersebut. Semoga bisa menginspirasi ataupu memotivasi para pembaca.

Abu Bakar Ash-Shidiq
Merupakan saudagar dan bangsawan sejak sebelum memeluk agama islam. Beliau memiliki perniagaan yang melampaui dari negeri negeri jiran. Walaupun beliau telah menjadi saudagar, beliau bisa mempertahankan bahkan mengembangkan usahanya. Beliau percayakan pengeolaannya pada orang orang yang amanah. Beliau membayar upah para kerja tepat waktu.

Bisa kita pelajari dari pengalaman Abu Bakar, beliau sangat memperhatikan kesejahteraan pekerjanya sehingga pekerjanyapun bisa bekerja maksimal.

Umar Bin Khattab
Mungkin banyak yang tak mengira bahwa seorang Umar mampu berwirausaha, karna wataknya yang tegas dan pembawaan karakternya yang keras. Namun kenyatannya adalah beliau memang beriwausaha. Beliau memiliki kurang lebih 70.000 ladang pertanian yang luas, dimana tiap lahan itu mampu menghasilkan ratusan juta rupiah (setelah di konversi dalam bentuk rupiah) dan penghasilan tiap tahunnya mampu mencapai trilyunan rupiah. Menurut sirohnya, beliau juga pernah berdagang. Seperti yang pernah saya baca dalam novel sejarah karangan asy-syarqawi dan film oemar, tika berdagang ia tetap pada sikapnya yang tegas. Tp beliau jujur dalam berdagang. Hal ini lah yang menjadi kepercayaan masyarakat sekitar untuk bekerja sama dengan Umar.

Umar lebih memperhatikan usaha dan kerja produktif, baginya kerja suatu bentuk ibadah tertinggi. Beliau juga yang mencetuskan konsep jabatan, harta dan zuhud seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah.

Abdurrahman Bin Auf
Tidak di ragukan lagi, setelah menyebut nama Abdurrahman Bin Auf Radiyallahuanhu kita pasti langsung melihat bahwa beliau adalah seorang bisnis man sejati. Bagaimana tidak? Setelah hijrah dari Mekkah ke Madinah beliau tak membawa sedikitpun hartanya. Beliau memulai lembaran baru dimulai angka nol. Ketika kaum anshar dan muhajirin dipersaudarakan oleh Rasulullah, Abdurrahman di persaudarakan oleh Saad Bin Raby, dimana Saad seorang yang kaya. Saad memberikan hartanya pada Abdurrahman namun beliau menolak. Beliau hanya meminta untuk ditunjukkan pasar padanya.  Mulailah beliau berpikir untuk menjalankan usahanya lagi. Dimulai dari membeli lahan pada seorang yahudi yang modalnya ia dapat dari meminjam untuk dijadikannya pasar dan disewakan kembali lahan tersebut. Ia pun memulai kembali usahanya.

Diriwayatkan bahwa Abdurrahman Bin Auf pun pernah memcetuskan strategi Rugi untuk untung yang lebih besar. Beliau menjual unta unta nya dengan harga net. Bagaimana bisa mendapat untung yang lebih besar jika beliau menjual untanya dengan harga net? Tanpa untung? Itulah strategi Abdurrahman untuk mendulang untung. Beliau tidak mengambil untung dari hasil penjualan unta, melainkan dari tali tali pengikat untanya yang beliau produksi dengan cantiknya. Jadi rugi untuk untung yang lebih besar.


Zubair Bin Awwam
Merupakan sahabat Rasul yang masih ada nasab dengan Rasul. Beliau seorang pemuda yang jujur, kuat, berani, murah tangan. Meski beliau dari keluarga kalangan berada, namun usahanya dibangun tidak dengan modal. Beliau seorang yang mengelola perdagangan. Keberhasilan Zubair dalam perniagaan didukung oleh sifat yang sangat lekat pada dirinya yaitu jujur dan amanah. Melalui dua sifat itu beliau dapat banyak kepercayaan untuk mengelola modal dalam perniagaan.

Beliau tidak mau menerima uang dalam bentuk deposit atau bersifat titipan. Karna baginya kalau hanya sekedar titipan itu tidak bisa dipergunakan. Beliau lebih suka uang tersebut dalam bentuk pinjaman, kenapa? Karna jika uang tersebut adalah pinjaman, beliau mempunyai hak untuk memakai uang tersebut untuk dikelola dalam bisnisnya dan jika uang tersebut dalam bentuk pinjaman beliau berkewajiban untuk mengembalikan dengan utuh seperti semula.


Dari beberapa siroh sahabat di atas dapat kita pelajari bagaimana mereka berbisnis. Kunci nya adalah kejujuran, amanah, kemampuan dan jangan lupa zakat dan shadaqoh. Jangan pernah takut untuk berwirausaha meski modal minim. Ingatkah suatu perkataan, sembilan dari sepuluh pintu rezeki ada dalam berdagang. Jadi kan motivasi dalam kita menjalankan bisnis, lebih kreatif dan berusaha. Man Jadda Wajada. (To be continued)

Hancurnya Sebongkah Batu



Hancurnya Sebongkah Batu - Mengapa nur itu tak berpihak padanya?

Pemuda itu lari dari kenyataan. Berkelana entah kemana. Mengakhiri hidupnya diatas keputus asaan. Berlari, berjalan, mencari sesuatu yang bernama kedamaian. Mencari keadilan. Sebab ia tahu, yang berusaha dengan sungguh-sungguh pasti berhasil. Akan tetapi kenapa ia belum juga berhasil? Padahal, telah berpuluh tahun lamanya ia belajar. Mengapa?

Ketika setitik cahaya datang, tak ada seorang pun yang mempu menghadang. Allah Swt memberikan cahaya-Nya dibalik ikhtiar semua hamba-Nya. sederhana, sangat sederhana. Cahaya itu datang dari sebuah air dan batu.

Pemuda itu memandang sebuah batu yang ditetesi air yang lembut, ringan dan tak punya kuasa untuk menghancurkan. Akan tetapi, seiring dengan terus menerusnya air mentetesi batu, ia melihat batu itu pun berlubang, menyerah dan mengakui kehebatan dari air yang setiap detik terus menetesi dirinya.

Pemuda itu pun pulang kembali ke tempat mengaji. Mengulang dari awal untuk terus belajar, belajar dan belajar. Ia yakin suatu saat kekerasan batu bisa hancur dan lunak dengan air yang terus menerus mengguyurnya. Ya, seperti kurangnya pemahaman dalam dirinya tentang ilmu, ia akan terus berusaha menimba ilmu dengan giat lagi.

Ia membuktikannya, bahwa jalan kesulitan sangat dekat dengan jalan kemudahan. Kesulitan akan terlewatkan, penat akan tersirnakan, malam akan segera tergantikan dengan siang. Kehitaman dalam setiap episode hidup akan selalu berganti dengan cahaya-cahaya baru. Sebab, semua pasti berlalu.

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, (Q.S. Al-Insyirah : 5)

Diakhir ujung kegigihannya, kini, ia telah menghasilkan beberapa karya tulis yang hingga kini masih dibaca oleh orang-orang muslim diseluruh dunia. Beberapa karyanya adalah Fathul Baari (Syarah Shahih Bukhari), Bulughul Maram (Kitab rujukan hadist-hadist berkaitan ilmu fiqh) dan lain sebagainya. Beliau bernama Al-Hafidz Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani.

Beliau menamakan dirinya dengan Ibnu Hajar (anak batu), ya sebab dari sanalah ia mendapatkan setitik pencerahan diatas malam yang kelam. Saat-saat sudut hatinya sudah tak sanggup, ia bagai batu yang ditetesi air yang menyejukan. Damai, bahagia dan berkahlah ilmunya.

***




Imam Syafi�i rahimakumullah mengistilahkan ilmu sebagai cahaya. Sedangkan redaksi dari sang Pencipta tepat berada pada Q.S. Al � Mulk.

Mau Menikah?

Siapa sih yang tidak ingin menyegerakan ibadah ini; menikah. Tentu saja menikah adalah ibadah yang paling rahasia kapan dan siapa yang k...